Thursday, March 27, 2008

DI DEPAN KOMPUTER BESAR.

Sang Maha duduk di Meja BesarNya. Di depan Komputer-Nya. Jari-jariNya bergerak-gerak siap untuk menekan tuts-tuts keyboard. Monitor Besar itu tidak memuat apa-apa.. kosong, karena memang belum ada apa-apa, bahakan CPUnya pun kosong. IA diam. Tidak ada kata-kata keluar, karena tidak ada kata-kata yang harus diucapkan. Terlebih.. tidak ada telinga yang mendengar.

Jari-jariNya bergerak-gerak.., siap untuk menekan tuts. IA mau mulai mengetik! IA mau mengisi Super Mega Harddisk Besarnya yang masih kosong. Seperti seorang penulis yang menyiapkan pena dan tintanya, seperti seorang pematung dengan pahat dan batunya. IA menggerak-gerakkan jari-jariNya siap untuk menekan tuts-tuts keyboard.

Clap. W.
Clap. A.
Clap-clap-clap. K-T-U.
WAKTU. Hmmm.. sebelumnya tidak ada yang namanya waktu itu. IA sendiri tidak dibatasi oleh waktu. Tapi IA mulai mengetiknya, IA menulis cerita yang dibatasi waktu. Awal-pertengahan-akhir. Hmmm... IA sudah membayangkan bahkan tahu Bab yang terakhir yang akan IA ketik.

Jari-jariNya bergerak-gerak hendak menekan tuts-tuts keyboard itu kembali. Kali ini IA menekannya dengan lembut, hati-hati, dan penuh kasih.
Clap. A.
Clap. D.
Clap. A.
Clap. M.

ADAM. Sebuah nama? IA melihat Adam yang pertama. Lalu Adam yang berikutnya. Beranak cucu. IA menempatkannya dalam waktu. Tiap Adam diberinya jangka waktu. Diberinya kasih. Tidak diberiNya kecelakaan. Semua baik. Oh, betapa IA mengasihi setiap Adam itu sampai-sampai IA berjanji kepada mereka bahkan sebelum mereka ada: “...kalian akan menyerupai AKU, kalian akan selalu tertawa, kalian tidak akan mati. Dan kalian akan mengetik dan menulis dan merancang.. seperti AKU.”.

Ya.. itu suatu keharusan. Adam-adam itu harus menulis. Karena setiap kehidupan adalah sebuah naskah yang harus ditulis. Ya.. mungkin Sang Maha yang mengetik kata pertama.. tapi setiap adam harus meneruskannya dan mengakhiri setiap naskahnya. Ya.. IA memberikan kebebasan kepada Adam-adam untuk menulis sendiri.

Aduh.. bukankah lebih aman jika Sang Maha saja yang menulis? Mungkin IA bisa menulis beberapa naskah dari setiap pilihan dan mengakhirinya. Tapi.. itu berarti tidak ada kasih.. karena kasih hanya akan berwujud kasih jika ia dipilih.
Akhirnya, dengan sedikit berat IA memberikan satu set komputer untuk setiap Adam. “Hati-hati kalau manulis..” bisikNya.

Jari-jariNya bergerak-gerak lagi. Ia siap mengetik kata ketiga. Kata yang berat untuk ditulis. Kesedihan dan kesakitan terlihat di mataNya.

Clap. Y.
Clap. E.

Clap. S.
...Clap. U.

Jari-jariNya seperti lemas. Air mataNya tak terbendung.
...Clap. S.

YESUS. Sebuah nama juga.
Kata apa ini? Kata WAKTU dipikirkan oleh sebuah otak terbesar di jagad raya, kata ADAM diijinkan untuk memilih kehidupannya sendiri. Tapi kata YESUS hanya kasih yang bisa menulisnya.

Kata YESUS similar dengan kata sebelumnya. Bahkan YESUS disebut Adam terakhir. YESUS, Iapun diberikan satu set komputer. IA diberi kebebasan untuk menulis sendiri naskahNya. Firman akan menjadi manusia. IA akan mempunyai kaki dan tangan. IA akan mengeluarkan air mata kesakitan dan kesedihan. IA akan menderita dan dicobai. IA diberi kebebasan untuk memilih.. meskipun IA diberi satu tujuan oleh Sang Maha. Satu saat IA akan berdiri di antara hidup dan mati.

Sang Maha terus menulis kisah YESUS. Kisahnya sendiri.
Ketika IA sampai pada Bab penderitaanNya, IA terhenti. JariNya seperti kaku, IA bisa saja menghentikan tulisannya, menekan tombol CLOSE tanpa men-SAVE-nya dalam HARDDISK, dan membuka BLANK DOCUMENT untuk memulai tulisan baru yang lebih sederhana tanpa air mata dan membiarkan Adam-Adam ciptaannya menderita dalam kekakalan tanpa ada yang dapat menolong mereka. Bagaimana mungkin Sang Kasih tidak mengasihi?

IA menggerak-gerakkan jarinya.. menekan tuts untuk menyelesaikan kisahNya sendiri. Cambuk menerjam punggungNya. Ludah memenuhi mukaNya. Paku ditancapkan dalam dagingNya. Ujung tombak menembus lambungNya.

Kata terakhir. Clap-clap-clap-clap-clap. T-A-M-A-T.
IA menggerakkan cursor ke tombol FILE, memilih button SAVE. Dan berkata: “Jadilah terang!”
(disadur bebas oleh F! dari Guntur Yang Lembut Max Lucado)